Rabu, 21 Januari 2009

Perkembangan MLM di Indonesia di masa mendatang


Jumlah penduduk, Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat nomor
empat di dunia. Jumlah tersebut merupakan pasar potensial bagi bisnis DS-MLM.
Jumlah Perusahaan perusahaan MLM yang telah beroperasi saat ini yang resmi terdaftar di APLI baru 33 perusahaan jumlah ini relative kecil mengingat di Malaysia perusahaan yang ada disana hampir 3-4 kali lipat lebih banyak atau jika bandingkan dengan Amerika Serikat memiliki14 perusahaan yang terdaftar sebagai anggota DSA tidak termasuk perusahaan yang bergerak dibidang asuransi, property, dan franchise /waralaba.
Jumlah pelaku (distributor) DS-MLM, angka di bawah 3 juta distributor aktif masih relatif sangat kecil. Data-data yang tercatat di WFDSA menunjukkan bahwa di Amerika Serikat ada sekitar 9,7 juta distributor (1998), di Thailand dan Jepang ada sekitar 2,5 juta distributor (1998), di Malaysia mencatat 1,8 juta distributor (data 1997), di Brazil ada lebih dari 1,1 juta distributor, di Filipina lebih dari 1 juta distributor (1997), dan di Australia mencatat 650 ribu distributor (1998). Jika rata-rata seorang distributor DS-MLM dapat melayani sekitar 12-15 konsumen secara langsung, maka bila Indonesia memiliki 10 juta distributor pada tahun 2010 nanti, baru sekitar 25 persen penduduk yang berhasil dijamah bisnis DS-MLM ini. Masih terdapat 75 persen pasar yang dapat digarap untuk perkembangan selanjutnya.

Wirausaha Multi krisis telah memberikan pesan bahwa karier dan pekerjaan di bisnis non DS-MLM tak lagi dapat terlalu banyak diandalkan untuk sebagian besar tenaga kerja Indonesia yang tidak terdidik dan tidak memenuhi syarat menjadi knowledge worker (Drucker) ataupun professional di bidang tertentu. PHK dan Pensiun Dini telah menjadi momok yang menakutkan banyak orang. Belum lagi otomatisasi, robotisasi, dan komputerisasi, seperti telah terjadi di Amerika dan Eropa (juga Jepang dan Korea), akan menelan bebagai jenis pekerjaan yang bersifat sederhana, repetitif (mengulang-ulang), dan dapat dilakukan tanpa pengetahuan atau keterampilan khusus. Karenanya salah satu alternatif yang paling masuk akal adalah mengembangkan minat dan mempersiapkan diri menjadi wirausaha (kecil dan menengah). Dan bisnis DS-MLM menampung minat itu.
Trend global adalah pemberdayaan perempuan untuk ikut menopang kehidupan ekonomi keluarga (ada pejabat setingkat menteri yang khusus yang menangani hal ini). Dan karena umumnya wanita usia produktif di Indonesia tidak berpendidikan (rata-rata mungkin masih setaraf SMP), tidak berpengalaman(karena dikurung di rumah), dan tidak berketerampilan khusus (karena kurang diberikan kesempatan), maka peluang usaha DS-MLM merupakan alternatif yang perlu dipertimbangkan masak-masak. Jika 5 persen saja perempuan Indonesia terlibat dalam industri DS-MLM, maka jumlahnya sudah melewati angka 2,5 juta orang (ingat, data Pemilu 1999 menunjukkan bahwa pemilih perempuan jumlahnya di atas 50 juta pemilih, lebih banyak dari pemilih laki-laki).
Trend global lainnya adalah makin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengembangkan alternatif karier cadangan guna mengantisipasi virus PHK. Karier dan penghasilan ganda sudah mulai dilakukan sebagian orang Indonesia, dan masih akan banyak lagi orang-orang yang mengikuti arus global tersebut tanpa dapat dicegah sepenuhnya.

Sebagaimana telah disinggung panjang lebar, pesona bisnis DS-MLM bukan alang-kepalang. Industri DS-MLM tidak saja menjanjikan kesejahteraan materiil, ia juga dapat dilakukan dengan modal relatif kecil, resiko minimal, memberikan kesempatan berbisnis tanpa meninggalkan rumah dan keluarga, dan seterusnya. Jadi, optimisme bahwa industri DS-MLM akan terus bertumbuh pesat dalam 10-15 tahun mendatang bukanlah sesuatu yang tidak beralasan sama sekali !

Tidak ada komentar: